Good Teacher, Good Mother

 dsc04971ff_副本

Title                                       : Good Teacher, Good Mother

Author                                  : Dyah Ayu Pytaloka

Main Cast                            : -Cho Kyuhyun –Park Hyuna

Genre                                   : Romance

PG                                          : 15

Length                                  : Oneshot

Desclimer                            : cerita ini murni ide aku, so don’t plagiat okay? Cho Kyuhyun juga milik aku #plaaak (bohong ko ._.) and Need cooment, please~ gamsaaa ^^

 

Happy Reaging~

“Cho Daehyun, kau belum pulang?”

Aku berjongkok berusaha menyesuaikan tinggi badanku dengan anak kecil di depan ku ini. Dia muridku. Kuusap pelan pipi chubbynya yang kini mulai memerah. Kurasa anak ini kedinginan.

Daehyun tidak menjawab. Anak laki laki itu hanya mengangguk dan mengeluarkan raut wajahnya yang sedih. Sepertinya dia akan telat dijemput lagi.

Selalu begini, aku selalu menemukannya masih duduk di bangku depan sekolah taman kanak kanak ini seusai aku mengerjakan semua tugasku. Dan ini sudah lewat dari jam pulang sekolah. Bahkan, disini sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa tukang kebun yang mulai membersihakan beberapa daun kering yang jatuh mengotori halaman sekolah.

“Bagaimana kalau songsaengnim yang mengantarmu pulang?” tawarku dan seketika itu raut wajahnya berubah ceria. Dia mengangguk senang dan membuatku tersenyum. Kuacak pelan rambut hitam tebalnya dan mulai menuntunnya keluar dari arena sekolah.

Kajja!” ku gandeng tangan Daehyun dan bejalan keluar sekolah.

Aku tersenyum kecil melihatnya yang berjalan dengan langkah gembira. Sebegitu senangnya kah dia?

Kakiku sontak berhenti melangkah saat sebuah mobil mewah yang kuyakini bermerk Renault Samsung SM5  berhenti tepat di depan kami.

Seorang ahjussi dengan pakaian serba hitam turun dari bagian kemudi mobil. Dia tersenyum padaku dan membungkuk sekilas. Aku pun melakukan hal yang sama.

“Oh, Han ahjussi” sapaku

“Ah ye. Maaf Park Songsaengnim. Saya ingin menjemput tuan muda” katanya ramah sambil menunjuk Daehyun disebelahku

“Ah, silahkan saja” jawabku

Han ahjussi yang sudah tidak asing bagiku itu kemudian membawa Daehyun dan membuka pintu belakang mobil. Saat Daehyun masuk, sekilas kulihat ada seseorang yang duduk disana. Tidak lama, karena Han ahjussi langsung menutup pintunya.

“Park Songsaengnim, jika boleh saya tahu kemana anda akan membawa tuan muda Daehyun ?” tanya Han ahjussi sesaat setelah menutup pintu mobil

“Aku ingin mengantarnya pulang. Karena lagi lagi dia dijemput sangat terlambat dari jam pulang sekolah. Aku kasihan melihat wajah sedihnya, jadi aku berinisiatif untuk mengantarnya pulang”

“A-ah.. maaf karena tadi ada kendala saat di kantor Cho sajangnim. Jadi aku telat menjemputnya. Dan terimakasih atas perhatianmu Park songsaengnim” katanya dan aku hanya mengangguk mengerti. Han ahjussi lalu masuk ke mobil dan langsung pergi setelah sebelumnya pria itu berpamitan padaku.

Han ahjussi. Aku memang tidak asing lagi dengan sosoknya. Pria paruh baya itu yang setiap hari menjemput Cho Daehyun disekolah. Dan tentunya selalu telat menjemput si kecil bermarga Cho itu. Jadilah aku selalu menunggu Daehyun sampai dijemput. Setidaknya, ini merupakan salah satu kewajibanku sebagai seorang guru. Bagaimana bisa aku meninggalkan bocah kecil menunggu terlalu lama di sekolahan yang sudah sepi?

Dan kejadian itu terulang lagi, Daehyun lagi lagi terabaikan. Membuat aku penasaran sebenarnya siapa orang tuanya itu? Kenapa tidak ada perhatian perhatian nya sama sekali terhadap anaknya. Maka dari itu, hari ini aku berinisiatif mengantarkan Daehyun pulang dang mengetahui dimana letak rumah anak itu dan siapa pula orang tuanya.

Heum, menurut data siswa. Appa Daehyun merupakan seorang pengusaha. Aku juga tidak tahu jelasnya, hanya itu yang tertera disana.

***

Aku menatap puas berbagai bekal makan siang yang kubuat pagi ini. Tidak percuma rasanya aku bangun di pagi pagi buta jika hasilnya memuaskan. Kututup berbagai macam makanan yang telah ku susun seraapih mungkin itu. Setelah semua siap, segera aku berjalan mengambil handuk lalu melangkah ke kamar mandi.

Hari ini, sekolah tempat aku berkerja mengadakan piknik ringan di sebuah kebun buah yang terletak tidak begitu jauh dari pusat kota. Untuk itulah aku berinisiatif untuk membuat beberapa jenis masakan yang nantinya akan kubawa.

aku sampai disekolah tepat saat 6 buah bus datang. Syukurlah, aku tidak terlambat. dengan sigap, segera kubantu beberapa guru yang akan mengatur murid murid supaya masuk ke dalam bus dengan teratur.

Beres. Semua sudah naik dan kini aku juga iut masuk ke dalam bus. Ku telusuri beberapa deretan bangku di dalam bus ini dan menemukan satu bangku kosong di tengah tengah. Aku berjalan ke arah bangku itu dan menemukan Daehyun duduk sendiri disana. Si kecil itu tengah menatap kosong ke luar jendela.

“Daehyun~ah, bolehkan songsaengnim duduk disebelahmu?” tanyaku sembari berusaha menyapa

“Park songsaengnim?” katanya dengan sedikit terkejut, kurasa. Mata anak itu berbinar tiba tiba membuat aku tersenyum lebar

“Ya. Bolehkan?” tanyaku sekali lagi

“Tentu saja! Aku sangat senang kalau songsaengnim duduk di sebelahku” katanya bersemangat. Aku duduk disebelahnya lalu menatap Daehyun

“Daehyun~ah, kau kenapa? Kau tidak suka ikut piknik ini?” tanyaku saat bus mulai berjalan

Anio songsaengnim, hanya saja aku sedang sedih”

Waeyo? “

“Tadi malam appa lagi lagi pulang sangat larut. Padahal aku sengaja menunggu appa agar bisa kuajak bermain. Tapi appa bilang dia tidak mau. Lalu tadi pagi, appa tidak mengantarku. Padahal appa tau aku akan pergi piknik” katanya dengan wajah yang sedih dan suara khas anak kecil. Anak sekecil ini memang terlampau polos. Tapi itu baik, setidaknya dia bisa menceritakan apa yang ada di hatinya dan tidak memendam perasaannya.

“heum, mungkin appa sedang banyak urusan di kantor sehingga membuatnya pulang terlalu larut. Lalu, dia juga bukan tidak ingin bermain denganmu Daehyun~ah. Appa mu mungkin sedang lelah. Nanti jika appa mu sudah tidak lelah lagi, pasti dia mau kau ajak bermain” ucapku menenangkannya. Kuusap pelan rambut lebatnya itu lagi.

Jinjja songsaengnim?” tanyanya dan aku mengangguk mantap. Membuat dia tersenyum lebar dan matanya mulai memancarkan binar binar kebahagiaan. Benar benar anak yang manis.

Kadang aku berfikir, Cho Daehyun terlampau sangat sempurna untuk anak seusianya. Dia tampan, dan aku yakin saat dia besar akan banyak wanita mengantri agar bisa mendapatkannya. Jika anak ini tampan, bagaimana sebenarnya rupa kedua orang tuanya? Apakah mereka seorang dewa-dewi sehingga bisa mempunyai anak setampan Daehyun? Jujur, aku belum pernah bertemu dengan kedua orang tuanya. Meskipun aku wali kelasnya. Jika pembagian lapor, Han ahjussi lah yang mengantar Daehyun

“Daehyun~ah, boleh songsaengnim bertanya sesuatu?”

Ne songsaengnim

“apa pekerjaan kedua orang tuamu?”

“Appa punya gedung yang saaaaaangat tinggi songsaengnim. Dan setiap hari dia pergi kesana” katanya polos membuat aku lagi lagi tersenyum. Aku tahu maksudnya, appa nya memang seorang pengusaha. Mungkin yang disebut Daehyun tadi adalah kantornya

“ Ibumu?” tanyaku lagi

“ Daehyun tidak pernah bertemu eomma sejak kecil” katanya. Wajah anak itu berubah sendu lagi. Aku mengerutkan dahiku heran, apa maksudnya?

“bagaimana bisa?”

“Kata appa, eomma  sudah berada di surga” jawabnya lagi. Aku tersentak, Ya Tuhan. Jadi ibu anak ini sudah meninggal

Songsaengnim, kenapa bertanya tentang orang tuaku?” pertanyaannya membuatku tersadar dari keterkejutanku

“A-ah.. tidak apa apa. Hanya ingin tahu” balasku sedikit gelagapan.

Bus terus melaju. Tidak ada lagi percakapan diantara kami karena Daehyun tertidur. Dengan perlahan, ku pindahkan kepalanya yang sebelumnya menyandar di kaca jendela ke pangkuanku. Kuusap usap pelan rambutnya saat dia mulai menggeliat. Cho Daehyun, apa hidupmu semenderita itu?  Sudah tidak punya eomma dan appa mu malah mengabaikanmu? Hal seperti ini benar benar tidak seharusnya terhadi pada anak sekecil dirimu.

***

“Park Songsaengnim !! Park Songsaengnim !!” aku menoleh saat mendengar sebuah suara meneriakkan namaku. Kulihat Kim songsaengnim berlari kearahku dengan nafas yang terengah engah.

“A-ada apa Kim songsaengnim?” tanyaku bingung sesaat setelah dia sampai di hadapanku

“I-itu.. Cho Daehyun, anak itu jatuh terperosok ke dalam sebuah lubang” katanya, masih dengan nafas yang terengah engah

“Lu-lubang apa? Ceritakan yang jelas” aku mulai panik

“Entahlah, kami juga tidak tahu jika ada lubang disana. Jalan tanah itu ditutupi oleh dedaunan dan saat Daehyun menginjaknya anak itu terjatuh”

“Bagaimana sekarang?!! Apa dia baik baik saja?” aku tak sadar sudah membentak Kim songsaengnim. Guru di depanku ini tampak terkejut dengan responku

“I-itu, salah seorang tukang kebun disini sedang berusaha mengeluarkannya”

Tanpa menunggu apa apa kagi, kutinggalkan sengala macam makanan yang tengah kusiapkan dan berlari ke arahnya. Tingkat kekhawatiranku telah sampai di ubun ubun hanya dengan mendengar anak itu terjatuh. Ah!! Bagaimana dia sekarang?? Apakah terluka?? Argh!

“Cho Daehyun!” aku berteriak dan membuat beberapa anak juga guru yang mengelilingi Daehyun menoleh kearahku. Ku terobos orang orang itu dan menemukan Daehyun yang masih sadar terduduk dengan seorang tukang kebun yang kuyakini telah mengangkat anak itu dari sana.

“Kau tidak apa apa? Ada yang sakit? Huh?? Katakan” aku bertannya dengan panik. Ku periksa semua bagian tubuhnya dan syukurlah, dia baik baik saja. Hanya pakaiannya yang terlihat kotor dan compang camping.

“aku baik baik saja songsaengnim, tenang saja” katanya sembari tersenyum. Tak sadar, kupeluk tubuh mungilnya itu dan mengusap punggungnya

“Berhati hatilah lain kali Daehyun~ah” kataku lagi lalu menggendongnya. Kubawa dia ke dalam bus dan mulai membenahi dirinya setelah sebelumnya aku berpamitan sejenak pada guru guru yang lain dan bilang bahwa mereka tidak perlu terlalu khawatir pada Daehyun karena aku yang akan mengurusnya.

***

Jam menunjukkan pukul empat sore. Dan sedari tadi aku masih menemani Daehyun yang tertidur di pangkuanku.

Kuusap wajahnya sekilas, namun tiba tiba aku tersentak. Segera ku cek seluruh permukaan wajahnya hingga berhenti di dahi. Oh tidak! Anak ini demam!!

Aku bingung harus berbuat apa, sementara acara ini dijadwalkan akan selesai pukul lima sore dan tidak mungkin harus menunggu selama itu. Daehyun benar benar harus diobati sekarang.

“Aku harus bagaimana?” panikku.

Kuambil ponsel yang ada di sakuku, ingin mengubungi seseorang tapi bingung. Aku bahkan tidak tahu nomor ponsel orang tuanya.

Ah! Han ahjussi, aku punya nomor nya. Segera ku ketik namanya di bagian pencarian kontak. Setelah dapat, ku tekan tombol hijau pada layarku itu lalu mulai menunggu suara di seberang mengangkatnya.

Yeoboseyo

“Oh, Yeoboseyo Han ahjussi. Ini aku, wali kelas Daehyun”

“ah~ Park Songsaengnim, iya ada apa?”

“b-bisakah kau menjemput anak ini. Sedikit kecelakaan kecil menimpanya tadi, dan sekarang dia demam”

“Mwo?? Apa yang terjadi dengan tuan muda?”

“nanti aku jelaskan, tapi bisakah anda menjemputnya sekarang?”

“bagaimaa ini ya? Cho sajangnim sedang ada rapat penting dan aku tidak bisa meninggalkannya. Bisa bisa aku dipecat”

“Han ahjussi, buankah Daehyun ini anak nya? Kau tidak akan dipecat jika alasanmu untuk menjemput Daehyun” suaraku mulai meninggi. Apa apaan ini? Disaat Daehyun butuh pertolongan pihak keluarganya pun tidak mau mengurusnya?

“Ta-tapi__”

Yeoboseyo~”

.

.

.

Aku tertegun untuk sejenak. Suara Han ahjussi sebelumnya terpotong oleh suara berat dari seberang.

Ada apa ini??? Kenapa jantungku tiba tiba memompa lebih cepat? Oh ayolah,  hanya mendengar sebuah suara tidak mungkin membuatmu begini bukan? Tapi.. tapi tunggu. A-aku sangsi bahwa suara inilah penyebabnya. Ya Tuhan Park Hyuna.. apa yang kau fikirkan??

Yeoboseyo~?” aku tersadar karena suara itu terdengar lagi. Ah ! bodoh kau Hyuna~ya..

“A-ah ye.. yeoboseyo” jawabku tergagap

Ne, nuguseyo?”

“a-aku Park Hyuna, guru Cho Daehyun. Maaf, aku sedang berbicara dengan siapa?” tanyaku ragu

“Aku Cho Kyuhyun, appa Daehyun” jawabnya. Mataku mengerjap beberapa kali, ya Tuhan ya Tuhan.. jadi dia appa Daehyun? Dari suaranya saja berwibawa dan membuatku salah tingkah,lalu seperti apa aslinya?

“Maaf tuan Cho Kyuhyun, apa bisa anda menjemput putra anda sekarang? Badannya panas” ucapku pada akhirnya.

“Ah, maaf Park Songsaengnim, bisakah anda menjaga putra saya untuk sementara. Saya sedang sibuk dan tidak bisa menjemputnya” apa katanya barusan? Apa aku tidak salah dengar?

“k-kalau begitu, bisa tolong suruh supir anda untuk menjemputnya?” tanyaku lagi

Mianhamida, tapi saya sangat membutuhkannya saat ini. Jadi dia tidak bisa pergi kemanapun. Dia harus mengantar saya untuk pergi menemui client selanjutnya. Jadi saya mohon dengan sangat, anda bisakan menjaganya dulu? Nanti jika urusan saya sudah selesai, saya akan menyusulnya?” katanya

“Kapan itu?”

“Paling cepat jam sepuluh malam” apa?? Apa katanya?? Apa dia tidak berfikir keadaan anaknya eoh? Orang tua macam apa dia?

M-mwo?” tanyaku seakan tak percaya. Benar benar ya?! Pantas jika Daehyun selama ini tidak merasa diperhatikan. Miris sekali hidup anak ini

“Ya !! Tuan Cho Kyuhyun yang terhormat!!—“ aku mendengar diriku berteriak padanya. Aku tidak perduli, rupanya pria bermarga Cho ini memang perlu diajarkan bagaimana menjaga sesuatu yang berharga. Atau Daehyun… tidak bergarga dimatanya?

“Anakmu sedang demam dan kau tidak mengkhawatirkannya? Hei Tuan Cho.. terbuat dari apa hatimu huh?? Aku sepertinya sudah mulai teralalu jauh menegurmu, tapi aku tidak perduli. Aku benar benar kasihan pada Daehyun yang memiliki appa tidak berperasaan sepertimu. Bisa bisanya kau bersikap seperti ini huh? Ingat Tuan Cho, anak adalah karunia Tuhan yang sengaja dia titipkan  padamu karena ia percaya kau dapat menjaganya. Sayangilah dia seperti seharusnya, tapi apa yang kau lakukan? Kau bahkan tidak perduli pada anakmu yang sakit? Ck.. aku sangsi bahwa mendiang istrimu akan sangat sedih melihat keadaan ini. Kau begitu mengabaikan buah cinta kalian dan seakan membuangnya? Ya Tuhan.. aku baru pertama kali melihat orang tua macam kau!”

TUUUTT~

Kututup sambungan telepon ku secara sepihak. Dengan perasaan kesal yang masih ada, ku gendong tubuh Daehyun menuruni bus. Setidaknya disini ada warga yang akan mengantarkan aku ke rumah sakit terdekat. Atau sekedar mencari obat penurun panas.

“Park Songsaengnim, kau mau kemana? Dengan Daehyun? Kenapa terlihat buru buru sekali?” tanya sebuah suara saat aku baru turun dari bus

“ah, untung ada kau Choi songsaengnim. Bisakah kau mengantarku mencari obat atau ke rumah sakit terdekat? Cho Daehyun tiba tiba saja demam dan aku sangat khawatir”

Aigoo.. baiklah, akan kupinjam mobil Lee songsaengnim. Sepertinya dia membawa mobil tadi. Tunggu sebentar disini”

Aku mengangguk dan menunggu Choi Songsaengnim yang sedang meminjam mobil. Ya Tuhan, kenapa rasa rasanya panas Daehyun semakin tinggi??

“Bertahanlah Cho Daehyun, bertahanlah”ucapku khawatir

Sebuah mobil sedan berwarna hitam tampak berhenti beberapa meter di depanku. Ku kerjapkan mataku saat melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan setelan jas hitam dan kemeja putih di dalamnya turun dari mobil itu. dia melihatku. Sejenak mata kami bertemu.

Pria itu lantas berlari menghampiriku yang masih menggendong Daehyun. Tunggu, dia berlari ke arahku??

“Cho Daehyun! Ya.. kau panas sekali sayang”

Aku mengerjap bingung. Siapa dia sebenarnya? Kenapa tiba tiba langsung beringsut mendekati Daehyun dan bertingkah sekhawatir ini.

Kajja! Kau harus ke rumah sakit!” ucapnya seraya mengambil alih Daehyun ke gendongannya. Aku masih diam terpaku saat pria itu mulai menjauh, namun baru beberapa melangkah. Dia kembali berhenti dan memutar tubuhnya.

“Park songsaengnim.. kajja! Ikut aku” suruhnya. Aku mengerjap –lagi- apa dia baru saja mengajakku?

N-ne? Na..??” aku menunjuk diriku sendiri dengan bingung

“Ya! Ppaliwa.. Daehyun harus segera mendapat pertolongan”

Tanpa pikir panjang, aku mengangguk lalu segera mengikutinya dari belakang.

-o0o-

Suasana di dalam mobil ini begitu canggung. Jam menunjukkan puku setengah delapan malam dan kini, kami sedang dalam perjalanan. Lebih tepatnya, pria disampingku ini mengantarkanku pulang. Sementara Daehyun tertidur dengan damai di jok belakang.

Kami sampai. Entah kenapa jarak tempuh yang sangat dekat ini membuat perjalan kami terasa begitu lama. Atau hanya perasaanku saja?

“Khamsahamnida Cho sajangnim, seharusnya anda tidak perlu repot repot seperti ini”kataku setelah melepas seat belt

Gwenchana, aku yang seharusnya berterimakasih padamu karena banyak menjaga Daehyun” dia tersenyum. Membuatku terpaku sepersekian detik. Apa ada titisan dewa Zeus di depanku? Kenapa senyumnya begitu memukau?

“A-anio.. i-itu sudah kewajibanku sebagai gurunya” kataku. Tunggu, kenapa nada suaraku jadi kaku begini?

“Ne. Meskipun begitu, aku merasa harus tetap mengucapkan terimakasih padamu” katanya lagi

Aku tersenyum sekilas “Kalau begitu, aku masuk dulu”

Aku ingin membuka pintu, namun kurasakan dia menahan pergelangan tanganku

“Bisakah kita bertemu lagi lain waktu?” tanya nya gamblang. Membuat aku mengerjapkan mataku

“n-ne?”

“Maaf. Tapi aku bukan orang yang suka berbelit belit. Langsung saja ku katakan apa maksudku. Park songsaengnim.. sepertinya aku.. tertarik padamu” ucapnya lagi membuat aku terkejut setengah mati. Apa katanya?? Kami baru bertemu sekali dan itu baru hari ini? kenapa bisa dia membicarakan hal seperti ini

Mw-mworago? Cho s-sajangnim.. jangan bercanda” kataku sambil tersenyum kikuk.

“Aku serius” dan aku terdiam mendengar jawabannya. Benarkah?

“Aku tertarik padamu. Bukan berarti aku menyukaimu. Aku hanya suka bagaimana pribadimu, sikapmu, dan entah kenapa itu semua membuatku nyaman. Maka dari itu, aku ingin kita bertemu lagi lain waktu. Untuk memastikan perasaanku padamu” lanjutnya

Ku gigit bibir bawahku, merasa gugup. Aku harus menjawab apa sekarang?

A-arraseo” He?? Barusan aku bilang apa? Andwe andwe!! Kenapa  mulutku ini lancang sekali berbicara!

Cho sajangnim tersenyum. Lagi lagi membuatku terpaku. Sungguh, umur 30 tahun yang ia sandang benar benar tidak cocok untuknya.

-o0o-

Dan disinilah aku sekarang. Duduk di sebuah kursi kayu di bawah pohon lebat yang tumbuh disini. Danau yang memancarkan warna keteduhan itu terbentang indah di depan mataku.

Kulirik lagi penampilanku. Aish.. apa dress selutut bermotif bunga bunga ini cocok untuk kupakai hari ini? arh! Tiba tiba saja aku menyesal telah menuruti kata Hee Chan, sahabatku. Tapi aku kembali tersenyum, untung aku masih memasangkannya dengan blazer cream yag terlihat begitu nyaman. Apa jadinya jika aku menuruti perkataan Hee Chan untuk tidak memakai ini? hei ! aku mengenakan dress tanpa lengan di balil blazer polos ini. apa yang akan difikirkan Cho sajangnim itu jika dia melihatku memakai dress tanpa lengan itu?

Aku berdiri saat melihat pria yang ku tunggu tunggu itu berjalan dari mobilnya di ujung sana untuk menemuiku. Aku tersenyum sekilas melihatnya yang mengenakan kemeja biru muda yang lengannya ia gulung sampai siku. Di padukan dengan celana dasar berwarna cream yang terlihat pas di kakinya yang panjang. Aku bersumpah jika aku baru pertama kali melihatnya aku tidak akan mengira umur pria ini sudah 30 tahun.

Ini pertemuan ke… tiga kami. Ya.. ke tiga.

Seperti yang ia bilang waktu itu, ia tertarik padaku dan mengajakku untuk bertemu. Pertemuan pertama kami cukup baik. makan malm di sebuah restoran. Terdengar menyenangkan bukan?

Eumm.. pertemuan kedua kami.. ah ya! Saat merayakan ulang tahun Daehyun minggu lalu. Pria itu bahkan repot repot menjemputku di rumah dan mengajakku makan malam dirumahnya.

Dan kali ini, kali ke tiga kami bertemu.

“maaf aku terlambat. sudah lama menunggu?”

“Ani.. gwenchana”

Kami berdua lalu duduk berdampingan di kursi yang tadinya kududuki. Ahh.. kenapa rasanya begitu nyaman?

“Cho sajangnim, ba—“

“sudah kukatakan untuk tidak memanggilku seperti itu” omongan ku terhenti ketika pria bermarga Cho disampingku ini mengintrupsi. Membuat aku mengangguk canggung dan kembali bersuara.

“K-kyuhyun~ssi—“ kulihat dia terlihat mengulum senyumnya saat aku memanggilnya. Kenapa? Apa kedengarannya aneh??

“Bagaimana? Apa kau.. sudah mengetahui jawabannya?” tanyaku

“eoh? Apa?”

“eumm..” aku ragu mengatakannya. Tapi karena desakan dalam diriku yang tiba tiba menggebu ini, kuteruskan pertanyaanku “perasanmu”

Kyuhyun diam. Pria itu terlihat berfikir. Cukup lama sampai akhirnya dia tersenyum dan mengangguk.

“Hyuna~ssi”

“Ne?” aku burur buru menoleh kearahnya saat dia mulai berucap.

“sepertinya, ini .. pertemuan terakhir kita” lirihnya

Aku mematung. Apa yang ia ucapkan barusan? Pertemuan terakhir? Apa artinya ini? apa dia sudah tidak mau bertemu denganku? Apa ia menyadari perasaanya sekarang, bahwa ia hanya tertarik denganku sebatas teman? Tidak lebih dari itu? kenapa tiba tiba aku sesak begini?

“a-ah.. arra—seo” aku tersenyum getir. Entah perasaanku atau bukan, tapi mataku memanas tiba tiba. Sepertinya, buliran bening asin itu akan segera turun dari peraduannya. Tapi, dengan sekuat tenaga aku mencoba menahannya.

Dia tersenyum, dan kami terdiam dalam sisa waktu yang aku rasa mungkin sebentar lagi akan berakhir. Menikmati pemandangan danau yang terasa tenang dan damai di depan kami. Suara nyanyian burung yang biasanya membuat hatiku nyaman kini tidaklah berfungsi. Kacau. Aku merasa kacau. Aku tidak tahu kapan tapi kini, aku sadar. Aku sadar akan satu hal. Aku sudah jatuh, jatuh dalam pesonanya, jatuh dalam semua yang ada pada dirinya. Aku jatuh terlalu dalam dengan pria di sampingku ini, Cho Kyuhyun.

Dan kini, saat dia mengucapkan kata itu, seluruh ragaku terasa lepas dari tempatnya dan hilang entah kemana. Sakit yag teramat sangat di dadaku membuat aku tak lagi dapat mendengar suaranya yang merdu itu berucap kembali.

“Hyuna~ssi.. Hyuna~ssi”

Aku tersadar dan langsung memandang kearahnya. Ya Tuhan.. sejak kapan aku merindukan sosok mata teduh itu. dan bagaimana jadinya jika nanti aku sudah tidak bisa melihatnya lagi.

Aku sangsi bahwa aku akan merindukan segala yang ada pada dirinya, senyumnya, tatapan hangatnya, mata indahnya, hidung mancungnya, alis tebalnya, rahang kokohnya, dan.. aroma maskulinnya. Oh god! Lihat kan?? Sejak kapan aku hafal detail sesuatu yang ada pada dirinya?

“N-ne?”

“apa kau ingin ke suatu tempat?” tanya nya

“A-ani. Kyuhyun~ssi, tiba tiba aku tidak enak badan. Bisakah kita kembali saja?” tanyaku parau. Sungguh aku ingin menangis sekarang, tapi tidak di depannya. Aku harus selamat sampai rumah dan mengunci pintu kamarku lalu aku bisa sepuasnya menangis.

Kyuhyun tampak mengernyitkan dahinya, kurasa dia bingung, tapi sedetik kemudian dia mengangguk.

-o0o

Satu bulan sudah sejak jejadian hari itu. dan kini, aku benar benar tidak pernah melihat sosoknya. Aku tersenyum miris, ternyata yang dia katakan tidak main main

“Hh.. kau bodoh Park Hyuna. Kenapa kau bisa percaya diri sekali bahwa dia akan menyukaimu. Padahal kalian hanya bertemu  tidak lebih dari 3 kali. Kau saja yang terlalu gampang jatuh dalam pesonanya. Dan akhirnya kau juga yang merasa sakit. Bodoh.. bodoh!!” aku terus merutuki diriku sendiri. Jika dipiki pikir, mungkin typikal pria sepertinya tidak mudah jatuh cita hanya dengan sebuah pertemuan singat bukan?

Tak sengaja mataku menangkap sosok Cho Daehyun yang sedang bermain bersama teman temannya. Melihat pria kecil itu membuat aku lagi lagi tersenyum miris. Daehyun benar benar membuatku sesak. Karena melihatnya sama dengan melihat Kyuhyun. aku sangsi, anak itu benar benar mewarisi ketampanan ayahnya.

Jam pulang sekolah terdengar. Satu persatu murid kecilku itu keluar ruangan kelas dan disambut oleh para orang tua mereka di depan sekolah. Aku membungkukan badanku sembari tersenyum sopan saat beberapa orang tua mereka menyapaku.

Setelah kurasa semua anak sudah dijemput orang tuanya, aku berjalan pergi. Namun lagi lagi langkahku terhenti saat melihat Daehyun masih berdiri di sana. Lagi? Apa kejadian ini terulang lagi? Setahuku, semenjak kejadian anak itu demam dan pertemuan pertamaku dengan ayahnya, dia tidak lagi telat untuk dijemput. Bukankah Kyuhyun sudah sedikit berubah dengan memberikan perhatiannya pada Daehyun? Tapi.. kenapa anak itu masih disekolah sekarang?

“Daehyun~ah”

Songsaengnim!” serunya dengan suara khasnya itu

“Kenapa belum pulang? Kemana Han ahjussi? Atau.. ayahmu??” tanyaku ragu

Molla, mungkin terlambat lagi” sendunya. Aku menghela nafas, dan lebih memilih untuk menemaninya

“Baiklah, songsaengnim akan menemanimu. Bagaimana?” tawarku dan dijawab anggukan pasti darinya

Songsaengnim

“Heum??”

“Apa punya eomma baru itu menyenangkan?” aku tertegun. Kenapa anak ini bertanya seperti itu? Jangan bilang kalau..

“Wae Daehyun~ah? Kenapa bertanya sepeti itu?”

“tidak apa apa. Hanya penasaran. Kata appa, Daehyun akan segera mendapat eomma baru”

DEG! Jantungku serasa dihantam palu besar seketika. Nafasu tercekat, mataku memanas. Jadi.. Cho Kyuhyun akan menikah??

“N-ne? A—a.. i-itu—“

TINTIN

Belum sempat aku menjawab, sebuah sedan hitam yang aku kenali berhenti di depan kami. Ku gigit bibir bawahku. Ya Tuhan, aku tidak sanggup melihatnya. Tidak untuk sekarang.

Appa” Daehyun berseru saat melihat Kyuhyun turun dari mobilnya

“Oh, annyeonghaseyo Hyuna~ssi. Lama tak bertemu “ sapanya saat sudah di depanku

“N-Ne. Annyeong Kyuhyun~ssi”

“Maaf aku terlambat menjemput Daehyun. Tadi ada kecelakaan di jalan, sehingga membuat lalu lintasnya sedikit kacau” jelasnya dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum canggung

Tak lama, seorang gadis bertubuh tinggi ikut turun dari mobil Kyuhyun dan berjalan ke arah kami. Tunggu tunggu, siapa gadis ini? jangan jangan dia…

Aunti!” Daehyun tersenyum girang saat melihatnya. Seketika dia berjalan kearah gadis itu lalu memeluknya. Terlihat sekali kalau gadis itu menyayangi Daehyun, ia tersenyum lebar saat memeluk anak itu.

“Cho Daehyun! Aigoo.. noumu kyeopta! Kenapa kau semakin tampan saja sayang?” ujarnya.

Aku masih terpaku melihatnya. Mereka berdua terlihat akrab sekali.

“Hyuna~ssi?” suara Kyuhyun mengintrupsi

“Ye?”

“Terimakasih telah menjaga Daehyun, kami pulang dulu” pamitnya lalu segera masuk ke dalam mobilnya setelah membungkukan badannya. Wanita itu juga sempat tersenyum lalu menundukkan badannya ke arahku. Tak lama mobil itu melaju dan hilang dari pandanganku.

“Aku benar benar berakhir” lirihku

-o0o-

“Aku sudah bilang aku tidak mau Hee Chan~ah! Aku malas” aku masih bertahan di balik selimutku saat Hee Chan terus terusan menarik ku . Ck gadis itu! benar benar pemaksa

“Ya!! Ayo temani aku!”

“Shirreo! Lagipula itu kan temanmu. Aku juga tidak mengenalnya. Tidak enak jika datang ke pesta ulang tahun seseorang tapi kenyataannya orang itu tidak mengenalmu” elakku

Bagaimana bisa gadis yang mempunya marga yang sama denganku ini seenaknya saja mengajakku pergi ke pesta ulang tahun temannya? Hei, aku saja tidak tahu yang mana temannya itu

“Ya! Makanya kau ikut, nanti aku kenalkan dia padamu”

“Shiireo!”

“Park Hyuna! Jangan bertingkah seperti anak kecil! Ingat umuru sudah 25 tahun. Hei !! ayolah”

Aku mendesis sebal saat Hee Chan tidak juga menghentikan aksinya. Gadis ini benar benar pantang menyerah.

“Aissh!! Arraseo arraseo!!” kataku sebal lalu langsung berdiri di depannya. Membuat dia tersenyum lebar dan menampakkan deretan gigi putihnya itu.

Satu jam berlalu dan kini aku benar benar ada di gedung yang sudah didekorasi dengan semewah mungkin. Ya ampun, apa temannya sekaya ini? kenapa aku tidak pernah tahu Hee Chan punya teman yang hidup seperti putri?

“Ya.. kau tidak pernah bercerita padaku kau punya teman yang sangat kaya” bissikku pada Hee Chan yang ada disampingku

“Ck, aku sudah pernah menceritakkanya. Kau saja yang lupa!”

“Eh? Benarkah?”

“Tentu saja. Cho Hara. Kau ingat tidak? Aku pernah menceritakannya padamu. Dia teman SMA ku”

Aku mencoba mengingat ingat dan…. menggeleng polos. Membuat Hee Chan mendesis tertahan.

“Aish dasar. Terserah sajalah!” katannya membuat aku terkikik geli. Gadis ini cepat sekali merasa kesal.

Dia menggeretku ke tengah ruangan, tepat dimana sang tokoh utama berdiri manis disana. Waaw.. sungguh seperti putri. Memang wajahnya belum terlihat jelas karena dia membelakangiku, tapi aku yakin dia seperti putri.

Lihatlah, hanya melihat punggungnya saja aku sudah terpukau. Kuilit putih mulusnya terlihat jelas karena dia memakai dress diatas lutut tanpa lengan. Dress berwarna silver mencolok itu juga sangat pas melekat ditubuh mungilnya. Kakinya yang panjang terlihat sangat memukau. Dihiasi dengan sepatu berhak eum.. aku tak bisa menaksir berapa tinggi heelsnya. tapi aku sangsi, Itu sepatu tertinggi yang pernah aku lihat. Sepatu itu semakin memukau dengan hiasan kristal disetiap detailnya.

“Hara~ya!” Hee Chan menyentuh pundak putih mulus itu dan menyerukan namanya. Gadis itu berbalik dan langsung tersenyum sumringah saat melihat Hee Chan berdiri disana.

“Park Hee Chan!” aku tersenyum ketika melihat dua sahabat itu berpelukan. Aku masih penasaran dengan wajahnya, rambut legam hitamnya yang ia urai benar benar menganggu pengelihatanku untuk melihatnya.

“Ah.. kenalkan. Dia sahabatku yang kini tinggal satu apartement denganku” kata Hee Chan banga sambil memegang lenganku

Aku tersenyum “ Annyeonghaseyo, Park Hyuna imnida bangaseum—“

Ya Tuhan! Apa ini? bukankah dia gadis yang beberapa waktu lalu keluar dari mobil Kyuhyun saat menjemput Daehyun? Oh great! Kenapa dunia ini sempit sekali

“Oo.. Hyuna~ssi” aku sangsi dia terkejut melihatku, aku pun sama terkejutnya.

Ige mwoya? Kalian sudah saling mengenal?” pekik Hee Chan

“Kalau di bilang kenal tidak juga. Aku hanya tahu dia adalah guru sekolah Daehyun. Dan kami sempat bertemu beberapa waktu lalu saat aku dan oppa menjemput anak itu” jawab gadis bernama Hara di depanku ini. sementara aku ? aku masih terpaku. Terdiam.

Oppa!” aku tersadar saat Hara memekik kaget etika sebuah tangan melingkari pinggangnya. Sepertinya membuat gadis itu terkejut. Namun keterkejutannya itu tak mampu melampaui keterjutanku akan sosok yang tiba tiba hadir di tengah tengah kami itu.

“Oo.. Hyuna~ssi” aku mencoba tersenyum samar saat dia menyapaku. Aku ingin berusaha melepasnya, tidak bertatap muka atau bercengkrama dengannya. Tapi itu percuma, gara gara Hee Chan aku jadi bertemu dengan mereka. Keadaanku yang memang sudah buruk menjadi lebih buruk.

Annyeong Kyuhyun oppa” aku tertegun saat Hee Chan menyapanya. He? Tunggu dulu, dia mengenalnya?

Annyeong Hee Chan~ah. Lama tak bertemu. Wuaah.. kau semakin terlihat cantik”

Kyuhyun mengacak pelan rambut Hee Chan membuat gadis itu mengerucut sebal. Mereka bertiga terlihat sangat akrab sekali. Sebenarnya ini ada apa? Apa ada sesuatu yang aku tidak tahu?

“C-chan~ah. K-kau mengenalnya?” mereka semua sontak memandangku saat aku mulai bersuara. Aku bertanya heran pada Hee Chan sambil menunjuk Kyuhyun yang masih betah merangkul gadis bernama Hara itu. ya tuhan.. adakah hal lebih menyakitkan dari ini?

Nugu? Na? Kyuhyun Oppa?” kantanya bingung sambil menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk Kyuhyun. aku mengangguk.

Hee Chan tertawa sekilas membuat aku bertambah bingung “Tentu saja Hyuna~ya. Ck kau ini”

“Aish.. bisa kau jelaskan deng—“

OMO! Apa itu Lee Donghae?” omongan ku terputus saat tiba tiba Hee Chan memekik kaget sembari menunjuk ke salah satu sudut ruangan dimana berdiri seorang pria tampan yang mengenakan kemeja santai berwarna putih cerah. Pria itu memang terlihat memukau, dia bahkan meletakkan salah satu tangannya di kantung celananya membuat kesan dirinya semaki berwibawa.

Aish gadis ini! tak bisa sedikit saja melihat pria tampan. Aku kan masih butuh penjelasan darinya.

“Ya. Kau masih mengingatnya?” tanya Hara sambil ikut menoleh kearah yang ditunjuk Hee Chan

“Ya! Mana bisa aku melupakannya? Dia cinta pertamaku. Ya Tuhan Hara, kau tidak bilang kau akan mengundangnya. Aish bagaimana ini? aku belum dandan semaksimal mungkin”

Hara dan Kyuhyun tertawa melihat tingkah Hee Chan yang panik. Tunggu dulu, tadi apa katanya? Belum dandan semaksimal mungkin? He?? Yang benar saja. Dia bahkan sudah berada di salon berjam jam lamanya sebelum dia mendatangi rumahku sore tadi. Ini yang dibilang belum maksimal?

Keundae.. apa kau masih berhubungan dengannya?” tanya Hee Chan

“Yup. Dia satu universitas denganku di London” jawab Hara

Mwooo?? Yaaaa~ beruntung sekali kau. Bisa melihatnya kapanpun kau mau” tampak raut kecewa di wajah Hara

“Tenanglah. Aku tidak da hubungan apa apa dengannya” jawab Hara ‘tentu saja, bukannya kau akan menikah dengan Kyuhyun!’ rutukku dalam hati

Kajja!”

“Mau kemana Hara~ya?”

“tentu saja menemuinya?”

Mwo? A-ani, aku belum siap!”

“Sudah ikut saja! Kajja

“Ya Ya Ya!”

Aku terkekeh geli saat melihat Hee Chan di tarik paksa oleh Hara. Biar saja. Biasanya dia yang memaksa orang lain. Tapi kini dia yang dipaksa.

Aku terdiam saat sadar kini tinggalah aku dan Kyuhyun yang berdiri saling berhadap hadapan. Membuat aku sedikit canggung meskipun aku tahu kini dia akan menikah. Tetap saja, hatiku tahu mana yang terbaik. Walaupun kini semuanya terasa semu dan tidak nyata

“Selamat malam para tamu undangan. Terimakasih karena telah menyempatkan waktunya untuk menghadiri acara malam ini. kami menyiapkan sedikit acara lainnya. Bagi anda semua yang ingin berdansa, silahkan menuju tengah tengah ruangan karena sebentar lagi musik klasik yang mengalun akan menemani anda. Selamat menikmati”

Tepat saat suara pembawa acara itu terdengar, seluruh lampu ruangan redup dan digantikan oleh lampu warna warni yang gemerlap. Suara musik yang sendu itu membuat semua orang merasa begitu nyaman saat berdansa dengan pasangannya masing masing.

Lain mereka lain aku. Ketika semuanya merasa tenggelam dalam dunia fantasi mereka yang memabukkan . tapi suasana canggung yang kini bertambah besar makin melingkupi ku dan Kyuhyun saat ini. Jantungku mulai bersiap untuk berpacu lebih cepat. Cepat cepat dan kini sudah sukses berdetak sangat cepat.

“Mau berdansa denganku?” aku mengerjap saat jemari tangannya yang panjang terulur di depanku menyuruhku untuk segera mengamit lengannya dan berlari ke tengah ruang dansa.

M-mwo? M-maaf, aku tidak bisa berdansa” tolakku halus

Aku tidak tahu apakah pria ini mendengarkan ku atau tidak. Sudah jelas jelas aku menolaknya. Tapi kenapa dia malah menggeretku menuju lantai dansa yang kini dipenuhi berpasang pasang umat manusia yang tengah terlena dalam dunianya.

“Mana tanganmu?” tanyanya saat kami sudah ada di tengah lantai dasa

“U-untuk?”

“sudah sini” dia mengambil kedua tanganku, meletakkannya di leher nya yang berbalut jas santai berwarna abu abu. Kedua tangan kokohnya menarik pinganggku mendekat sehingga jarak diantara kami makin menipis.

Kutelan ludahku susah payah. Jaraknya yang terlampau dekat benar benar membuat indra penciumanku bisa dengan leluasa menghirup feromonnya yang entah kapan menjadi candu untukku. Darahku berdesir saat tangan kokoh itu terasa pas dipinggangku.

Kupalingakn wajahku ke samping. Tidak mau mendapat kontak mata dengannya. Aku bisa lepas kendali jika semua itu terjadi.

Kami mulai melangkah, mengiringi lembut musik yang mengalun dan menambah suasana makin mendukung.

Apa aku salah menolehkan kepalaku kesamping? Ah, kurasa iya. Itu keslaahan pertamaku.

Hidungnya yang mancung membuatku terkejut saat dengan lembunya mengusap pipi kiriku. Mengendusnya pelan dan bibirnya itu kini mengecupnya perlahan. Membuat aku menggigit bibir bawahku dan cengkramanku di bahunya semakin menguat. Beruntung lampu disini remang remang, jika tidak. Entah apa tanggapan orang orang yang melihatku.

“K-kyuhyun~ssi..”

“ssst.. biarkan. Biarkan seperti ini” kataya lirih. Suara beratnya entah kenapa membuatku terpaku. Ku katupkan mulutku rapat rapat. Ya Tuhan, gelenyar hangat ini kembali hadir.

Jemarinya yang berada di pinganggku merambah naik. Mengusap pipi kanan ku lalu perlahan mengarahkan nya supaya aku dapat melihatnya.

Kutatap sepasang bola mata itu yang kini juga tengah menatapku. Tak kubiarkan satu kali kedipan pun terjadi di kedua mataku. Aku benar benar tidak rela jika harus melewatkan tatapan teduh penuh kehangatan itu padaku. Aku terhipnotis dengan pandangannya. Dan baru kusadari kelemahanku memang terletak pada matanya.

Aku tak tahu kapan sampai aku merasa benda lembut itu mendarat di bibirku. Otakku tidak bisa berfikir jernih saat dengan lembut ia melumatnya dengan pelan dan sayang. Aku bisa merasakan kehati hatian dalam caranya menciumku. Seolah olah aku ini adalah hal paling berharga yang pernah ia miliki. Sebuah krystal yang mudah rapuh jika satu hentakan menyakitkan menerpaku dan membuatku pecah. Dia benar benar menjagaku. Aku bisa merasakannya.

Seolah mendapat tamparan yan membangunkan ku dari titik bawah sadarku, sekelebat bayangan Hara muncul di tengah tengah ciuman kami. Tidak. Tidak! Ini tidak benar. Aku tidak berhak atas ini, dia akan segera menikah dengan wanita lain. Seharusnya aku tidak seperti ini.

Kulepas paksa ciuman kami. Membuatnya membuka mata dan menatapku heran. Aku mengusap bibir bawahku yang terasa manis akibat ciuman yang ia berikan padaku. Memabukkan. Manis. Dan menyenangkan. Tapi aku sadar aku tidak berhak memilikinya.

“Mian Kyuhyun~ssi. Ini salah. Tidak seharusnya ini terjadi” kataku sambil melangkah mundur perlahan.

Butiran krystal bening itu tak mampu lagi kutahan dan dengan lancangnya jatuh menganak sungai dipipiku. Ya Tuhan, sakit rasanya jika mengetahui fakta kalau pria di depanku ini bukanlah takdirku.

Aku membalikkan badanku dan berniat pergi, namun tangannya menahanku.

“Wae? Kenapa tiba tiba seperti ini?” tanya nya parau

Keadaan kami yang kacau tidak membuat suasana disini berhenti. Mereka masih berada dalam dunianya masing masing disaat aku masih bertarung dengan hatiku. Mencoba bersikap egois dan bisa memiliki  Cho Kyuhyun. tapi disisi lain, aku tidak bisa menerima itu. karena aku tidak berhak atas dirinya. Bersikap egois benar benar bukan pemecah permasalahan.

“Mian Kyuhyun~ssi. Seharusnya aku.. aku tidak boleh bersikap seperti ini” aku mulai terisak. Tubuhku bergetar.

“Wae? Heum? Jelaskan.. jelaskan padaku” aku semakin terisak saat pelukan hangat itu mendarat ditubuhku. Hangat. Dan aku pasti akan merindukan pelukan ini.

Pria itu memelukku dari belakang. Dan suara beratnya berhasil membuatku meremang karena menghantam bagian bahuku yang terbuka.

“Cho Kyuhyun. biar aku ceritakan sesuatu padamu”

“Katakan” ucapnya parau

“entah sejak kapan aku mulai sadar jika aku sudah jatuh terlalu dalam olehmu. Maaf. Sebagai seorang guru yang mempunyai etika tidak seharusnya aku berbicara seperti ini. terlebih dengan mu. Orang tua muridku sendiri. Tapi jika perasaan yang sudah bicara, aku bisa apa? Aku tidak mengaharapkan apapun setelah aku mengatakan ini padamu. Aku hanya berharap kau mengetahui bagaimana perasaanku terhadapmu. Perasaanku yang jelas jelas sudah masuk ke dalam hatimu. Perasaanku yang sudah jelas jelas menginginkanmu lebih dari sekedar teman atau kenalan. Aku tahu kau pasti mengerti apa yang kumaksud.”

“suatu fakta menghantamku saat mengetahui bahwa perasaanmu hanya sesaat kepadaku. Di tambah satu fakta lagi yang bagaikan palu untukku. Kau akan menikah? Huh.. lucu sekali rasanya jika mengingat malam itu aku meraung raung di dalam kamarku memikirkan hal ini. semuanya sudah terjadi, dan aku tidak bisa mengubahnya”

“sekarang kumohon lepaskan aku Tuan Cho. Aku tidak yakin aku mampu melepasmu jika seperti ini terus. Kau bersikap seolah olah kau memberikan harapan padaku. Tapi aku tahu itu semua hanya harapan semu yang tak nyata”

Aku berniat melepaskan rengkuhan hangatnya di perutku. Namun, ia malah makin mempererat pelukan kami.

“Hh.. sepertinya kau sudah salah paham” ucapnya lembut. Aku mengerjap. Salah paham? Tentang apa?

“ini saatnya” ucapnya

Dia menepuk tangannya beberapa kali. Kontan sebuah lampu sorot mengarah tepat pada kami berdua. Musik klasik yang mengalun tiba tiba terhenti digantikan dengan puluhan pasang mata yang kini menatap kami dengan heran.

Aku memandang Kyuhyun dengan tatapan bingung. Sedikit risih juga karena ini kali pertama aku menjadi pusat perhatian.

“Dengarkan aku baik baik nona Park. Apa kau tahu? Aku susah sekali untuk tidur di setiap malamnya karena bayangan wajahmu itu selalu terngiang di kepalaku?” ucapnya membuatku tertegun

“sejak pertama kali aku bertemu dengamu aku sudah tertarik padamu. Bukankah aku sudah pernah mengatakannya?” aku mengangguk

“dan saat itu, disaat untu yang ketiga kalinya kita bertemu kau menanyakan perasanku. Dan aku benar benar sudah tahu jawabannya”

“sejak hari itu, aku semakin yakin kalau kau adalah takdirku. Takdir yang sengaja dikirim Tuhan untuk menggantikan posisi Hyora dalam hidupku. Menjadi ibu bagi Daehyun dan anak kita kelak. Aku bersyukur karena orang itu dirimu. Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika itu adalah orang lain”

“entah kapan tepatnya aku mulai menyadari perasaanku. Perasaanku yang juga sudah jatuh dalam pesona seorang guru TK beranama Park Hyuna. Gadis yang bisa membuatku terpukau hanya dengan melihat tingkah laku dan pribadinya yang sopan”

.

.

.

“Aku.. mencintaimu Hyunna~ssi. Jeongmal saranghaeyo

Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Krystal bening itu lagi lagi meluncur bebas dan jatuh di lantai marmer yang tengah kupijak. Apa aku sedang bermimpi? Apa ini nyata?

“T-tapi w-waktu itu. K-kau bi-lang bahwa hari itu adalah terakhir kali kita bertemu”

“eum, memang. Lalu?”

“bukankah itu maksudnya bahwa kau telah sadar. Sadar akan ketertarikanmu padaku itu tidak lebih dari seorang teman? Maka dari itu kau tidak ingin bertemu lagi denganku karena kau yakin akan hal itu?”

Kyuhyun tersenyum lembut, membuat aku untuk yang kesekian kalinya terpaku “Kau seorang guru, tapi kenapa cara berpikirmu dangkal sekali Nona Park?”

“eh?”

“aku memang tidak ingin  bertemu lagi denganmu. Dalam artian, aku tidak ingin bertemu denganmu dengan status kita sebagai seorang kenalan. Tapi…”

Dia berlutu di depanku, membuat aku mengerjap beberapa kali. Dengan cekatan dia mengambil kotak beludru berwarna blue sapphire dari kantung jasnya. Perlahan dia membuka kotak itu dan sukses membuatku mematung. Sebuah cincin berhias 3 mata diamond berada disana. Ukirannya yang sederhana malah membuat cincin itu semakin berkelas.

“Tapi.. aku ingin bertemu denganmu saat kau menerima ini dariku. Saat kau sudah menyandang margaku di depan namamu. Dengan kata lain, aku ingin bertemu denganmu lagi disaat kau resmi menjadi istriku nona Park, bukan sekedar teman. Memulai kehidupan kita berdua dengan sebuah perkenalan lagi yang terasa sangat manis. Bukankah indah jika kita mengawalinya dari sana? ”

Aku membisu. Ya Tuhan?? Apa ini mimpi? Tapi sangat nyata untuk dikatakan sebuah bunga tidur.

“Would you Marry me..Park Hyuna~ssi??”

Aku tercekat. Mataku semakin memanas. Darahku berdesir. Jantungku berdetak abnormal. Biar kuperjelas.. apa saat ini Cho Kyuhyun tengah melamarku??

“Hyuna~ya” lirihnya. Ya Tuhan, kenapa namaku terdengar begitu indah saat dia mengucapkannya seperti itu

“T-tapi Hara~ssi–??”

“biar kutebak, kau berfikir bahwa Hara adalah orang yang akan menikah denganku bukan?” aku mengangguk

“kau salah. Dia adikku. Adik kandungku. Dia baru pulang minggu lalu dari London. Kini, Hara pulang kembali ke Korea setelah akhirnya dia lulus” jelasnya. Ya Tuhan, aku merasa sangat bodoh sekarang, ternyata aku salah paham dengan hal yang belum jelas. Ck! Babo Hyuna!!!

“Bagaimana?” tanya nya lagi

Kupandang lekat kedua manik matanya. Keduanya memancarkan sorot ketulusan dan kehangatan dalam waktu yang bersamaan. Membuat aku mengangguk perlahan dan berucap “Yes, I do”

Dia tersenyum sumringah. Aku pun sama. Perasaan lega kini menyelimutiku. Disematkannya cincin itu di jemari tanganku. Lalu mengecupnya perlahan. Dia bangkit dan menatapku.

“Gomawo.. saranghae”

Riuh tepuk tangan tamu undangan mengiringi ciuman manisnya yang mendarat lagi di bibirku. Dengan senang hati dan perasaan lega, ku balas setiap inci bibirnya yang mengulum bibirku lembut. Ya Tuhan, terimakasih atas hadiah terindah ini.

Appa!” suara Daehyun terdengar dan sontak aku melepaskan ciuman kami. Merasa malu saat melihat semua orang tersenyum geli melihat ku.

“Eoh Daehyun~ah?” Kyuhyun merentangkan tangannya dan menyambut  Daehyun dalam pelukannya ketika anak itu berlari kearahnya. Dengan sigap, Kyuhyun menggendongnya.

“Apa Park Songsaengnim akan menjadi eomma baru yang kau bilang itu appa?”tanya nya dengan mata berbinar

“Ya. Kau senang Daehyun~ah” tanya Kyuhyun

Jinjja? Wuaa.. noumu joha appa!”

Aku tersenyum saat melihat Kyuhyun memeluk erat putra semata wayangnya itu. syukurlah, Daehyun dapat menerimaku.

Eomma!” aku mengerjap saat Daehyun tiba tiba memanggilku dengan sebutan.. eomma?

N-ne?”

Noumu saranghaeyo” ucapnya manis membuat aku tersenyum “Nado Daehyun~ah”

Hyora~ssi. Aku berjanji akan menjaga kedua malaikatmu ini dengan baik. tidak akan kusia siakan kesempatan yang telah Tuhan berikan kepadaku ini. aku mencintai Kyuhyun dan aku mencintai Daehyun. Keduanya kini resmi masuk dalam kehidupanku.

 

EPILOG

*author POV*

Hara tersenyum senang melihat oppa nya yang kini tengah berada dalam ambang kebahagiaan yang lama hilang darinya semenjak kakak iparnya itu meninggal. Kini, gadis manis itu dapat melihat secercah mentari yang berbinar di kedua mata Kyuhyun.

“Bagaimana? Ideku berhasil bukan?” celetuk Hee Chan yang sudah ada di sampingnya

“Eumm.. gomawo karena telah membantu” kata Hara

“Eiyy.. bukan apa apa. Lagipula, Hyuna memang gadis yang terlampau polos. Bagaimana bisa dia mengiramu sebagai calon istri Kyuhyun oppa. wajah kalian itu sangat mirip, apa dia tidak bisa melihatnya? Eishh”

Hara tertawa geli saat mendengar rentetan kalimat Hee Chan. Dia tersenyum saat mengingat kejadian seminggu yang lalu

#Flashback

“Hee Chan~ah!”

“Cho Hara!”

Kedua sejoli itu nampak berpelukan melepas rindu setelah bertahun tahun tidak bertemu. Hara adalah teman SMA Hee Chan yang kuliah di London. Dan hari ini adalah hari kepulangannya, Hee Chan yang notabene sahabat terdekatnya itu menjemputnya di bandara. Dan Kini, mereka tengah berbincang bincang di sebuah cafe.

“Bagaimana reaksi Kyuhyun oppa jika tahu adiknya pulang tanpa sepengetahuannya” kata Hee Chan

“Biar saja. Ini akan menjadi kejutan”

“tapi aku yang akan dimarahinya” Hee Chan mendengus sebal membuat Hara terkekeh

Keundae.. katamu oppa mu itu sedang menyukai seorang gadis kan?” Hara mengangguk

“benarkah? Jadi dia sudah bisa move on dari Hyora eonnie?”

“yah.. sepertinya”

“apa kau tahu siapa gadis itu?”

“Ne. Apa kau mau melihatnya? Oppa mengirimi fotonya minggu lalu” Hee Chan mengangguk antusias

“Ini” Hara menyerahkan ponselnya pada Hee Chan

Mwoooo?? Maldo andwe” pekik Hee Chan kaget membuat Hara tersedak milkshake strawberry yang tengah ia sesap

“Ya! Wae gurae?”

“dia Park Hyuna kan?” desak Hee Chan

“Ne. Kau tahu darimana?”

“aish.. dia sahabatku. Dan kini tinggal satu apartement denganku”

MWOO??

***

Datang ke rumahku. Aku perlu bantuan’

Hee Chan segera mengambil tasnya saat mendapat pesan masuk dari Hara barusan. Gadis itu langsung tancap gas ke rumah kediaman Cho.

Sesampainya disana, ia mendapati kakak beradik itu duduk di ruang tamu

“Aku datang”

“Oh, wasseo?” Hara menyambut Hee Chan dan menyuruhnya duduk bergabung bersama mereka

“Kalian kenapa? Seperti ada yang di fikirkan” tanya Hee Chan saat melihat raut wajah kakak beradik itu yang terlihat lesu

Oppa bilang, Hyuna eonnie menghindarinya. Dan dia bingung harus melakukan apa sekarang. Aku juga ikut ikutan bingung” jelas Hara

“Jangan panggil dia eonnie. Dia seumuran dengan kita”

“Yah.. jika nanti dia menikah dengan oppaku, tentu dia akan menjadi eonnieku”

“Terserah padamu” Hee Chan mengalah

“Hee Chan~ah. Kau bilang dia teman satu apartementmu kan?” tanya Kyuhyun parau

“Ye oppa

“apa kau tahu kenapa dia bersikap seperti itu ?”

Nado molla oppa. aku saja baru tahu jika pria bernama Kyuhyun yang sedang dekat dengannya itu kau. Lagipula beberapa hari ini tingkahnya juga terlihat aneh, dia terlalu menutup dirinya”

Mereka bertiga kembali berfikir.

Oppa, kau tidak coba langsung melamarnya?” celetuk Hara tiba tiba

“Bagaimana jika aku ditolak? Sikapnya padaku saja berubah” kata Kyuhyun lemas. Pria ini benar benar frustasi sepertinya.

“Ah!! Aku punya ide?!” seru Hee Chan tiba tiba membuat kedua kakak beradik itu menatapnya penasaran

“Hara~ya, bukankah minggu depan kau merayakan ulang tahunmu?” Hara mengangguk

“Kau oppa. kau harus melamarnya tepat di hari itu. ditengah tengah para tamu undangan, dengan sebuah cincin emas!” ucap Hee Chan antusias sambil memandang ke langit langit dengan wajah berbinar, sepertinya gadis itu membayangkan betapa romantisnya saat saat itu.

“Ah! Shirreo. Kau mau membuatku malu jika aku ditolak?” tolak Kyuhyun

“Ishh , aku jamin dia tidak akan menolakmu. Aku tahu, Hyuna adalah typikal gadis yang mudah tersentuh dengan sesuatu. Aku yakin kau akan diterima” Kyuhyun terdiam, mencoba menimang nimang saran Hyuna

Oppa! kami akan membantu. Kami akan buat suasana seromantis mungkin. Dan kau pun juga harus berusaha. Bagaimana? Aku setuju dengan ide Hee Chan” kata Hara

Kyuhyun tampak berfikir, pria itu memandang lantai yang di pijaknya. Dengan ragu Kyuhyun mengangguk “Baiklah, tidak ada salahnya mencoba”

Asaaa!! Kita siapkan semuanya! Kajja Hara~ya” ajak Hee Chan tiba tiba

“Mau kemana?”

“Tentu saja menyiapkan semuanya” jawab Hee Chan, sepertinya gadis ini yang terlihat paling antusias.

“tapi kan masih minggu depan”

“aish lebih cepat lebih baik. kajja” Hee Chan menarik tangah Hara

“Yaa!!”

.

.

END

 

48 thoughts on “Good Teacher, Good Mother

Add yours

  1. suka bgt ff yg dishare disini thor. aku penggemar berat ff2 tentang kyu.. 😀 aku suka aku suka ff2 disini. 🙂

  2. kyaaaaa bagus bgt>< feelnya dapet.. bikin nangis terharu plus deg"an gmn… gitu xixixi syukur deh hepi end 😀 ada sequelnya gk thor? kkkk oh.. iya new reader izin baca ff yg lain ya 🙂

  3. annyeong new reader imnida^^
    salam kenal:)
    ceritanya menarik dan bagus banget seneng pas bacanya:)
    ditunggu cerita yang lain.
    Hwaiting^^

  4. Anyeong eonni aku reader yang baru coment, mian eonni 😥 soalnya aku baru buat akunnya , entah apa yang harus aku katakan pada semua ff mu yang sudah aku baca, tapi sumpah eonni aku benar benar suka pada karya2 mu. apalagi ff mu yang ini , sudah beberapakali aku baca tapi tetep gak bosen bosen. keep writing eonni :v

  5. agak aneh awalnya itu hyuna marah2 eeeh kyuhyun lgs dateng wakakaka apadah ga nyampe semenit kayanya hahaha tp jatohny jd kocak aja gitu dan gatau kenapa senengnya kyuhyunnya yg lgs ngedeketin walaupun sempet sakit juga itu deh nyesek hahaha but happy endinggggg yeayyy

  6. Kerennya ff mu eon… gk nyangka kyuhyun ternyata romantis keke
    Padahal pertamany sma dehyun aj kyk cuek gitu wkwkwk

  7. annyeong aku readers baru ijin baca ffnya ya…..ohhhh jadi itu idenya hee chan sama hara tohh..si kyu sihh ngomong nya gkk jelas jadi dehh hyuna salah paham

Leave a reply to manisaulia Cancel reply

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑